MEMBANGUN PEREKONOMIAN GURU DI SEKOLAH
Tulisan ini adalah berbagi cerita bagaimana lembaga kami membangun
ekonomi para guru dan masyarakat sekitar
Tulisan ini saya buat dilatar belakangi banyaknya keluhan dari
teman-teman guru khususnya honorer yang pendapatnya secara materi tidak
mencukupi untu penghidupan sehari-hari. Mungkin untuk rekan bapak ibu guru yang
berstatus PNS dan sekolahnya di kota lebih terjamin setidaknya lebih baik
ketimbang guru honorer. Tulisan ini dibuat untuk saling berbagi cerita
bagaimana mengentaskan permasalahan yang dialami rekan-rekan kita guru honorer
yang pendapatan mengajarnya mungkin kurang lebih Rp.300.000 bahkan kurang.
Saat ini kami memiliki lembaga pendidikan bukan negeri (Suwasta)
yang berdiri tahun 2004 di mulai dari taman kanak kanak, sampai saat ini sudah
sampai tinggkat SLTA. Sekolah kami berada di daerah transmigrasi, dan merupakan
kabupaten baru 9 tahun yang lalu terbentuk. Saat ini murid kami keseluruhan
mencapai 600 siswa dari tingkat TK sampai Madrasah Aliyah. Lulusan pertama
sekolah kami hanya 6 Siswa, dan pada tahun ini baru menyentuh angka 24 siswa.
Kampong kami bernama Panaragan jaya adalah
sebuah kampung transmigasi umum yang datang kepadanya penduduk dari jawa barat,
jawa tengah, dan dan jawa timur. Para transmigran tersebut tidak hanya sekedar
datang ke tempat tersebut untuk memperbaiki taraf hidup, akan tetapi berniat
untuk memajukan dalam pembangunan Negara umumnya dan lampung pada khususnya.
Mereka datang pada tahun 1973 dengan disertai beberapa dari anggota aktif TNI
AU, TNI AD, dan anggota BRIMOB. Kampung yang berjarak 7 kilometer dari
kecamatan, 54 kilometer dari ibu kota kabupaten lampung utara, 22 kilometer
dari kabupaten pebantu dan 126 kilometer dari ibukota provinsi dinamakan kampung
panaragan jaya. (sejarah
singkat)
Tahun ini sekolah kami membuka koperasi yang modal dari sekolah, dari
koperasi itu kami berdayakan guru- guru kami untuk mensuplai baik barang atau
makanan yang sekiranya menjadi kebutuhan sehari-hari siswa kami di sekolah,
selain itu juga saat ini masyarakat juga sudah mulai menitipkan dagangan
mereka, sehingga sekolah kami saat ini juga membangun perekonomian masyarakat
sekitar sekolah dan guru pada khususnya. Koprasi kami buka 7 hari dalam
seminggu, dengan memperkejakan 1 orang penjaga. Guru kami berjumlah saat ini kurang
lebih 65 orang dan semuanya bukan PNS, keuntungan dari laba penjualan kami
kembangkan untuk menambah barang kebutuhan yang belum terlengkapi dan saat ini
sudah melayani masyarakat sekitar sekolah yang ingin berbelanja, seperti minyak
goreng, sabun mandi, detergen dan masih banyak lainya.
Apa yang saya tulis ini terjadi pada lembaga kami, saya beri contoh
salah satu guru kami yang penghasilanya sekarang malah melebihi gaji mengajar dengan
memberdayakan koprasi yang kami bangun bersama, bebrapa guru kami saaat ini
satu hari pendapatanya dari adanya koprasi bisa mencapai Rp.60.000/ hari jika
koprasi kami buka 7 hari seminggu berarti guru kami yang andil dalam koprasi
ini bisa mendapatkan Rp.1.800.000, lalu bagaimana bagi hasil antara sekolah dan
guru yang mensuplai keuntungan di bagi sesuai dengan harga barang seumpama 1
buah gorengan seharga 1000, maka sekolah mendapat 200 rupiah. Mungkin ada
pertanyaan, ini mah sudah baci cara seperti ini dan selalu tidak jalan. Oh ternya
kami jalan dan saat ini juga dapat menopang ekonomi masyarakat sekitar walaupun
tidak semuanya karena keterbatasan kapasitas tempat kami yang ada.
Tulisan ini adalah sering bagaimana sekolah kami membangun
perekonomian guru-guru kami, mungkin bisa menjadi rujukan di kemudian hari, dan
ini bukan fiktif di lembaga kami.
Selain itu juga saya memiliki alternative jilakau sekolah belum
bisa memodali sepenuhnya yaitu dengan saham sama rata untuk membuka koperasi. Sekemanya
kita sepakati berapa modal awal yang kan kita kembangkan. Contoh:
Modal awal yang di sepakati adalah Rp.1.000.000 namun sekolah hanya
memiliki modal Rp.500.000 maka kekuranganya di bentuklah saham sama rata dengan membagi kekurangan modal dengan
guru-guru semisal sekolah memiliki 10 guru non PNS maka 1 guru hanya boleh
memiliki 1 saham dengan nilai 50.000 maka akan terkumpul modal awal, setelah
itu baru di kembangkan sesuai dengan kemampuan dan produk apa yang di jual di
koperasi sekolah. Pembagian hasil bisa di bagi per-3 bulan atau bahkan perbulan
sesuai dengan prosentase penanaman modal.
Dengan catatan adanya sinergi dari pihak sekolah, untuk membangun
perekonomian yang lebih baik gutuk guru-guru di lembaga tersebut, tapi jika
sekolah tidak mendukung maka sia sialah apa yang di cita-citakan itu untuk
membangun pergerakan ekomomi guru. Dan di ketahui bahwa guru-guru kami haram
hukumnya berjualan langsung ke siswa, karena nanti akan menjadi lading bisnis,
namun mereka bisa menitipkan ke koprasi yang kita bangun bersama.