SELAMAT DATANG DI RUMAH ONLINE SYAHID MUJIBUR ROHMAN EL FURQONI

Rabu, 07 November 2018

Bersandingnya Icon Tubaba (Al Jura)


BERSANDINGNYA ICON TUBABA


Perjalanan jauh membuatku terlelap. Hilang ditelan mimpi dan angan. Cahaya matahari berusaha membangunkan, masuk  melalui celah-celah tirai. Suara klakson kemacetan mengusik lelapku. Berusaha tetap dalam zona mimpi, tapi tak bisa. Ciit… bus mengerem tanda telah sampai. Tanpa intruksi pasukan berjas biru mulai menjejali pintu bus. Berusaha menghirup segarnya udara tulang bawang barat. Tubaba sapaan hangat untuk sebuah kabupaten yang tak asing ditelingaku, tapi baru kali ini aku jajaki. Hanya terdengar simpang siur pesatnya pembangunan di tubaba. Aku dan empat belas mahasiswa lainnya adalah untusan dari universitas lampung untuk menjadi agent of change di tubaba. Ragem sai mangi wawai. Motto singkat kaya akan makna.
            “apakah semua sudah turun?” Tanya kak lukman, ketua KKN ini
            “SUDAH” semua angkat bicara
            “ ok langsung saja, Alhamdulillah berkat rahmat tuhan kita semua telah sampai di Kabupaten Tulang Bawang Barat tepatnya dikecamatan Tulang Bawang Tengah. Jadi disini saya akan membacakan lokasi dan agenda kegiatan kita selama sepuluh hari kedepan. Untuk tim social dan politik bertugas di kompleks pemerintah daerah, tim remaja islam masjid di kompleks Islamic centre tepatnya di masjid baitushobur. Untuk tim seni dan budaya di rumah adat Islamic centre. Dan agenda kita mulai besok pagi untuk penginapan kita tinggal di home stay ini. Itu saja intruksi dari saya, dan satu lagi saya harap kalian bisa menjaga kesehatan karna masih banyak agenda yang perlu kita kerjakan” jelas kak lukman
***
Rasanya begitu nikmat merebahkan badanku diatas kasur. Perjalanan empat jam lalu menguras tenagaku. Penginapan ini cukup asri dengan suasana segar khas perkebunan karet tubaba. Angin lalu lalang dengan sejuknya. Kamar yang nyaman dengan fasilitas yang lengkap. Hampir saja aku terlena dengan empuknya kasur. Seketika aku terperanjak keget mengingat agendaku esok hari. Aku harus menyiapkan materi untuk risma yang akan aku bentuk. Segera kubangkitkan tubuh. Ku ambil ponsel di tas cangklongku sekedar untuk mengirim pesan.
“Assalammualaikum, maaf bang mengganggu jam istirahatnya. Apakah sudah ada agenda untuk besok?”
“Waalaikumussalam,alhamdulillah sudah la.tapi kolom absen yang belum terhendel. Tolong buat ya, dan sampaikan pada arum dan sartika besok mereka yang membuka acara nanti saya dan hendra pemateri dan antum menyiapkan pemberkasan ok. Kita mulai pukul Sembilan. Jaga kesehatan supaya besok fit”
“Iya bangbalasku singkat    
Suara adzan fajar terdengar. Panggilan surga menyapa. Merasuk dalam jiwa yang tenang. Kupaksa tubuhku untuk menyentuh dinginnya air wudhu. 2 rokaat ku tunaikan sudah. Sujud menjadi titik puncak penghambaanku. Doa panjang kupanjatkan, memohon dengan penuh mesra. Mengharap semua ridho-Nya. Kulanjutkan membaca lembaran surat cinta-Nya. Nikmat dan ketenangan haqiqi yang kurasa. Yaa robbi begitu tenang dalam dekapan-Mu. Dering telpon mengakhiri bacaan al-quranku.
            “shodaqallahul’adhim”
Kuambil ponsel dengan rasa penasaran, siapa pagi-pagi begini menelfonku?
            “waalaikummussalam, kenapa bang menelpon laila pagi-pagi begini?”
“o maaf  laila jika abang mengganggu, hanya ingin mengingatkan on time ya untuk agenda kita nanti”suara bang arif terdengar lirih
“oh iya bang insyaAllah. Setelah ini laila akan siapkan untuk pemberkasannya”
Mukena putih masih membalutiku. Sejenak kutermenung. Mengulas perjalanan tadi. Terbesit rasa janggal di hati. Mengapa sejak perjalanan tadi bang arif begitu perhatian padaku? Padahal sebelumnya aku sama sekali belum pernah menyapanya apalagi berbincang. Aku pun mengenalnya karna beliau presiden BEM di kampus. Ah, tidak penting. Mungkin itu karna beliau harus mengayomi kami termasuk aku, yah mungkin. Rasa penasaran mulai menggeluti, tapi aku tepis begitu saja.
***
Matahari mulai meninggi setinggi tombak. Kehangatannya menyelimuti seluruh alam semesta. Rasa syukur selalu menggebu. Begitu indah kuasa-Mu tuhan. Awal pagi tubaba yang membangkitkan semangatku.
            “tok..tok..”
            “iya masuk, pintu nya ngga dikunci kok”pintaku lirih
            “gimana la, sudah siap?”
            “Alhamdulillah beres, o iya mana santika?”
            “dia nunggu di teras, yasudah langsung aja yuk. Sudah penasaran ni sama icon tubaba yang nuansanya islam gitu. semalem si aku sempat search tentang icon tubaba itu, tapi kurang puas rasanya kalo ngga liat langsung” cerocos arum
            “ok lets go, tapi kita jalan aja ya biar kerasa gitu segarnya angin pagi. Setidaknya tubaba ini tak sepadat Bandar lampung yang isinya hilir mudik, lalu lalang kendaraan yang tiada henti. Hasilnya kepulan asap yang membuat nafasku sesak.”
Rasanya seperti mujahidah yang siap bertempur melawan kebodohan masyarakat awam. Tubaba, begitu asing dimata. Kutelusuri pinggiran jalan. Semakin asing mata memandang. Dari kejauhan mataku mulai terbelalak melihat bangunan megah dengan arsitektur local dipadu kontemporer. Terlihat nilai seni dari hasil tangan pemuda tubaba. Bangunan tinggi nan menjulang. Biasan cahaya kolam sekitar semakin memperindah. Dipadu dengan rindangnya pepohonan.
“wah laila coba lihat ini dia icon tubaba. Kuakui tidak diragukan lagi kemegahannya” arum mulai terhipnotis
“apalagi ini kan baru di awal. Bagaimana arsitektur ruangannya? Semakin penasaran deh, ayo cepat nanti setelah bimbingan kita foto-foto dulu ya”pinta santika
“setuju ka, subhanallah ya. Eh liat itu kolamnya banyak banget ikannya.
Subhanallah pasti semua ikan itu senantiasa berdzikir, oleh sebab itu kabupaten ini semakin maju berkat keberkahannya.
“rasanya ingin kupindahkan semua ikan ini kekolam rumahku”
“hei lihat itu rumah adatnya juga memiliki nilai seni tinggi.” kataku takjub
“udah ah nanti aja kita jelajahi mutiara terpendam ini. Kita mau nunggu
Bang arif dan hendra dimana?”
            “Langsung dimasjid saja, biar bisa sekalian sholat dhuha. Eh, tunggu ponselku bergetar ni, aku angkat dulu ya” pintaku sembari tangan menerobos kantong saku.
            “cie habis ditelpon bang arif ya, hayo ngaku” desak santika seketika membuatku kaget.
            “ah apaan si, ayolah panas ni” jawabku mengeles
            “jangan rum, kita tunggu dulu jawabannya” santika mencegah
            “iya, ya udah ayo!”Serentak sukma dan arum mengikuti langkahku.
Pepohonan sekitar bangunan memberikan kesan sejuk dan segar. Lagi-lagi aku, arum dan santika terhipnotis oleh keagungan masjid baitusshobur. Bangunan yang menjulang. Udara yang segar. Suasana yang damai. Dilengkapi dengan langit-langit asmaul husna yang semakin memberikan kesan keagungan atas asma-Nya. 99 cahaya cinta baitusshobur. Arrahman arrohim almalik alqudus assalam…subhanallah sungguh indah kuasa-Mu. Kali ini aku benar-benar melihat bangunan masjid yang unik. Biasanya masjid hanya identik dengan kubah ternyata tidak! Masjid baitusshobur sungguh luar biasa arsitekturnya. Memadukan desain kontemporer modern yang bernuansa islami. Dimana desain kontemporer ini menjadi bangunan yang sedang melejit.WOW!
            “emang ngga salah kita diutus kemari”
            “laila mau kemana?” Tanya santika
            “sholat dhuha dulu yuk”ajakku
Menunaikan sholat dimasjid ini sungguh memberikan kesan tersendiri bagiku. Rasanya begitu khusyuk dan semakin dekat pada sang pencipta. Angin menari-nari menghampiri setiap umat yang dating. Memberikan hawa kesejukan iman. Gemuruh bibir ikan sedang berdzikir terdengar mengiringi gemericik air. Pepohonan melambai mengundang setiap insan untuk mengingat tuhannya.
***
Doa kafaratul majlis mengakhiri pertemuan risma hari ini. Dalam hitungan detik semua peserta pergi meninggalkan masjid
            “Alhamdulillah lancar agenda pertama kita, sebagai rasa syukur hari ini saya traktir kalian makan di pondok bambu”
            “sip bang ide yang bagus, tapi kapan donk kita foto-fotonya?”
            “nanti sore aja sekalian jalan sore ke tugu ratu”
Pagi berlalu dengan rasa penasaran yang sudah terobati. Siang tubaba cukup membuatku gerah, sama seperti dikota. Pemanasan global telah menunjukkan dampaknya. Seperti janji bang arif tadi. Jam empat sore ini aku, arum, santika dan hendra akan diajak untuk mengelilingi icon tubaba. Mengupas tuntas Islamic centre. Menggali lebih dalam keunikan tubaba
            “door..” arum mengagetkanku
            “astagfirullah ngagetin aja si”
            “ngelamunin apa sih, tumben udah siap. Nungguin bang arif ya?”tanyanya heran
            “apaan sih”jawabku singkat
            “tuh lihat, baru aja mingkem datang tu bang arif”
Lambaian tangan dari sebrang seolah memberi isyarat. Seperti yang telah dijanjikan, aku hanya mengikuti. Senja ini cukup bersahabat. Tak begitu terlalu panas. Kami memutuskan untuk berjalan kaki. Penginapan, Islamic centre, tugu rato cukup dekat untuk kami tempuh dengan berjalan kaki. Perkebunan karet sekitar Islamic centre cukup memberikan angin damai.
            “ke Islamic dulu ya”ajak hendra
“setuju kita expose habis sore ini” sahut arum setuju
Tak ada pembicaraan berarti selama perjalanan. Aku lebih focus menikmati sejuknya semilir angin.
            “masjid baitusshobur udah, langsung aja ya kesini”hendra memutuskan
            “wow, amazing rumah adatnya begitu unik. Seni klasiknya benar-benar tampak. Pasti ada makna tersirat dari pencetus rumah adat disini. Lihat saja plafonya terukir jelas aksara lampung. Jujur baru kali ini gue liat bangunan dengan desain interior yang luar biasa” hendra mulai terkagum-kagum
            “semua juga didesain dengan dominan dari kayu. Seperti lantai di masjid tadi juga. Semuanya seperti rumah panggung khas lampung yang lebih berkesan modern”
Ditengah keheranan hendra akan icon tubaba ini, aku berusaha mengatasi rasa asing yang menyapa
            “emangnya abang asli dari tubaba ya?” tanyaku sambil menyodorkan sebotol minuman
            “oh terimakasih. Tidak, Cuma dulu saya pernah mengikuti seminar di Islamic ini”
            “hmmm begitu”sambil kuseruput segarnya teh botol. Aku bersikap biasa. Keheningan itu mulai menyapa kembali. Tak ada hal pasti yang aku lakukan, hanya sekedar menikmati keindahan arsitektur bangunan. Lain halnya dengan hendra, arum dan santika yang sibuk mengexpose habis ico tubaba itu.
            “hen udah belom? Ayo kita lanjut ke tugu ratu” ajak bang arif
Tugu ratu. Sama sekali tidak terbayang seperti apa tugu itu. Mungkin hanya sebuah tugu seorang wanita cantik lengkap dengan mahkota indah layaknya ratu. Atau mungkin kecantikan tugu itu sehingga disebut tugu ratu. Ah tak peduli seperti apa nanti bentuknya. Hanya setauku icon tubaba yang sudah kutemui itu selalu membuatku terhipnotis karena keindahan seninya. Kuharap icon kedua ini pun begitu. Perjalananku kali ini ditelan oleh bayangan tugu ratu. Senja yang indah. Suasana ini selalalu membuatku semakin bersyukur atas semua nikmat tuhan yang telah diberikan.
            “ hei lihat itu tugunya” teriak hendra
“sabar hen masih jauh, kagum itu kalo sudah lihat detailnya” celetuk arum.
Hendra hanya terdiam menahan malu. Tak seperti yang kubayangkan tadi. Benar-benar berbeda . Tugu ratu ini bukanlah seperti yang ku bayangkan. Ini persembahan kedua dari tubaba. Kali ini sungguh seni yamg luar biasa. Tugu ratu sapaan hangat masyarakat. Tugu ratu naga bersanding. Dua naga gagah dengan sungut seramnya dipilih untuk menjadi kendaraan raja dan ratu bersanding diatas megahnya kereta kencana. Luar biasa lagi-lagi seni yang dalam disajikan untuk seluruh pengunjung tubaba. Tersirat makna yang dalam dari tugu ini. Nampak jelas kemajuan yang pesat di tubaba. Padahal kabupaten ini adalah kabupaten muda, namun perubahannya begitu pesat. Ini semua berkat kemajuan pemuda pemudi tubaba yang siap penjadi agent of change. Sungguh ini pengalaman unik bagiku dengan dua suguhan icon yang takkan kulupa. Sungguh tidak ada nikmat tuhan yang mampu kulupakan.
            “maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Diujung sana arif hanya termenung sembari memandang raja dan ratu bersanding. Jauh melayang angan nya. Selama ini arif hanya diam dan menyimpan semua perasaannya. Ia hanya percaya pada kuasa tuhan bahwa semua urusan rezeki, maut bahkan jodoh sudah di atur oleh tuhan. Akankah arif dapat bersanding bersama laila seperti icon ini? ……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar