BERSANDINGNYA ICON TUBABA
Perjalanan jauh membuatku terlelap. Hilang ditelan mimpi dan angan.
Cahaya matahari berusaha membangunkan, masuk
melalui celah-celah tirai. Suara klakson kemacetan mengusik lelapku.
Berusaha tetap dalam zona mimpi, tapi tak bisa. Ciit… bus mengerem tanda telah
sampai. Tanpa intruksi pasukan berjas biru mulai menjejali pintu bus. Berusaha
menghirup segarnya udara tulang bawang barat. Tubaba sapaan hangat untuk sebuah
kabupaten yang tak asing ditelingaku, tapi baru kali ini aku jajaki. Hanya
terdengar simpang siur pesatnya pembangunan di tubaba. Aku dan empat belas
mahasiswa lainnya adalah untusan dari universitas lampung untuk menjadi agent
of change di tubaba. Ragem sai mangi wawai. Motto singkat kaya akan
makna.
“apakah semua
sudah turun?” Tanya kak lukman, ketua KKN ini
“SUDAH” semua
angkat bicara
“ ok langsung
saja, Alhamdulillah berkat rahmat tuhan kita semua telah sampai di Kabupaten
Tulang Bawang Barat tepatnya dikecamatan Tulang Bawang Tengah. Jadi disini saya
akan membacakan lokasi dan agenda kegiatan kita selama sepuluh hari kedepan.
Untuk tim social dan politik bertugas di kompleks pemerintah daerah, tim remaja
islam masjid di kompleks Islamic centre tepatnya di masjid baitushobur. Untuk
tim seni dan budaya di rumah adat Islamic centre. Dan agenda kita mulai besok
pagi untuk penginapan kita tinggal di home stay ini. Itu saja intruksi dari
saya, dan satu lagi saya harap kalian bisa menjaga kesehatan karna masih banyak
agenda yang perlu kita kerjakan” jelas kak lukman
***
Rasanya begitu nikmat merebahkan badanku diatas kasur. Perjalanan
empat jam lalu menguras tenagaku. Penginapan ini cukup asri dengan suasana
segar khas perkebunan karet tubaba. Angin lalu lalang dengan sejuknya. Kamar
yang nyaman dengan fasilitas yang lengkap. Hampir saja aku terlena dengan
empuknya kasur. Seketika aku terperanjak keget mengingat agendaku esok hari.
Aku harus menyiapkan materi untuk risma yang akan aku bentuk. Segera
kubangkitkan tubuh. Ku ambil ponsel di tas cangklongku sekedar untuk mengirim
pesan.
“Assalammualaikum, maaf bang
mengganggu jam istirahatnya. Apakah sudah ada agenda untuk besok?”
“Waalaikumussalam,alhamdulillah
sudah la.tapi kolom absen yang belum terhendel. Tolong buat ya, dan sampaikan
pada arum dan sartika besok mereka yang membuka acara nanti saya dan hendra
pemateri dan antum menyiapkan pemberkasan ok. Kita mulai pukul Sembilan. Jaga
kesehatan supaya besok fit”
“Iya bang”balasku singkat …
Suara adzan fajar terdengar.
Panggilan surga menyapa. Merasuk dalam jiwa yang tenang. Kupaksa tubuhku untuk
menyentuh dinginnya air wudhu. 2 rokaat ku tunaikan sudah. Sujud menjadi titik
puncak penghambaanku. Doa panjang kupanjatkan, memohon dengan penuh mesra.
Mengharap semua ridho-Nya. Kulanjutkan membaca lembaran surat cinta-Nya. Nikmat
dan ketenangan haqiqi yang kurasa. Yaa robbi begitu tenang dalam dekapan-Mu.
Dering telpon mengakhiri bacaan al-quranku.
“shodaqallahul’adhim”
Kuambil ponsel dengan rasa
penasaran, siapa pagi-pagi begini menelfonku?
“waalaikummussalam,
kenapa bang menelpon laila pagi-pagi begini?”
“o maaf laila jika abang mengganggu, hanya ingin
mengingatkan on time ya untuk agenda kita nanti”suara bang arif
terdengar lirih
“oh iya bang insyaAllah. Setelah ini
laila akan siapkan untuk pemberkasannya”
Mukena putih masih membalutiku.
Sejenak kutermenung. Mengulas perjalanan tadi. Terbesit rasa janggal di hati.
Mengapa sejak perjalanan tadi bang arif begitu perhatian padaku? Padahal
sebelumnya aku sama sekali belum pernah menyapanya apalagi berbincang. Aku pun
mengenalnya karna beliau presiden BEM di kampus. Ah, tidak penting. Mungkin itu
karna beliau harus mengayomi kami termasuk aku, yah mungkin. Rasa penasaran
mulai menggeluti, tapi aku tepis begitu saja.
***
Matahari mulai meninggi setinggi
tombak. Kehangatannya menyelimuti seluruh alam semesta. Rasa syukur selalu
menggebu. Begitu indah kuasa-Mu tuhan. Awal pagi tubaba yang membangkitkan
semangatku.
“tok..tok..”
“iya
masuk, pintu nya ngga dikunci kok”pintaku lirih
“gimana
la, sudah siap?”
“Alhamdulillah
beres, o iya mana santika?”
“dia
nunggu di teras, yasudah langsung aja yuk. Sudah penasaran ni sama icon tubaba
yang nuansanya islam gitu. semalem si aku sempat search tentang icon tubaba
itu, tapi kurang puas rasanya kalo ngga liat langsung” cerocos arum
“ok
lets go, tapi kita jalan aja ya biar kerasa gitu segarnya angin pagi.
Setidaknya tubaba ini tak sepadat Bandar lampung yang isinya hilir mudik, lalu
lalang kendaraan yang tiada henti. Hasilnya kepulan asap yang membuat nafasku
sesak.”
Rasanya seperti mujahidah yang siap
bertempur melawan kebodohan masyarakat awam. Tubaba, begitu asing dimata.
Kutelusuri pinggiran jalan. Semakin asing mata memandang. Dari kejauhan mataku
mulai terbelalak melihat bangunan megah dengan arsitektur local dipadu
kontemporer. Terlihat nilai seni dari hasil tangan pemuda tubaba. Bangunan
tinggi nan menjulang. Biasan cahaya kolam sekitar semakin memperindah. Dipadu
dengan rindangnya pepohonan.
“wah laila coba lihat ini dia icon
tubaba. Kuakui tidak diragukan lagi kemegahannya” arum mulai terhipnotis
“apalagi ini kan baru di awal.
Bagaimana arsitektur ruangannya? Semakin penasaran deh, ayo cepat nanti setelah
bimbingan kita foto-foto dulu ya”pinta santika
“setuju ka, subhanallah ya. Eh liat
itu kolamnya banyak banget ikannya.
Subhanallah pasti semua ikan itu
senantiasa berdzikir, oleh sebab itu kabupaten ini semakin maju berkat
keberkahannya.
“rasanya ingin kupindahkan semua
ikan ini kekolam rumahku”
“hei lihat itu rumah adatnya juga
memiliki nilai seni tinggi.” kataku takjub
“udah ah nanti aja kita jelajahi
mutiara terpendam ini. Kita mau nunggu
Bang arif dan hendra dimana?”
“Langsung
dimasjid saja, biar bisa sekalian sholat dhuha. Eh, tunggu ponselku bergetar
ni, aku angkat dulu ya” pintaku sembari tangan menerobos kantong saku.
“cie
habis ditelpon bang arif ya, hayo ngaku” desak santika seketika membuatku
kaget.
“ah
apaan si, ayolah panas ni” jawabku mengeles
“jangan
rum, kita tunggu dulu jawabannya” santika mencegah
“iya,
ya udah ayo!”Serentak sukma dan arum mengikuti langkahku.
Pepohonan sekitar bangunan
memberikan kesan sejuk dan segar. Lagi-lagi aku, arum dan santika terhipnotis
oleh keagungan masjid baitusshobur. Bangunan yang menjulang. Udara yang segar.
Suasana yang damai. Dilengkapi dengan langit-langit asmaul husna yang semakin
memberikan kesan keagungan atas asma-Nya. 99 cahaya cinta baitusshobur.
Arrahman arrohim almalik alqudus assalam…subhanallah sungguh indah kuasa-Mu.
Kali ini aku benar-benar melihat bangunan masjid yang unik. Biasanya masjid hanya
identik dengan kubah ternyata tidak! Masjid baitusshobur sungguh luar biasa
arsitekturnya. Memadukan desain kontemporer modern yang bernuansa islami.
Dimana desain kontemporer ini menjadi bangunan yang sedang melejit.WOW!
“emang
ngga salah kita diutus kemari”
“laila
mau kemana?” Tanya santika
“sholat
dhuha dulu yuk”ajakku
Menunaikan sholat dimasjid ini
sungguh memberikan kesan tersendiri bagiku. Rasanya begitu khusyuk dan semakin
dekat pada sang pencipta. Angin menari-nari menghampiri setiap umat yang
dating. Memberikan hawa kesejukan iman. Gemuruh bibir ikan sedang berdzikir
terdengar mengiringi gemericik air. Pepohonan melambai mengundang setiap insan
untuk mengingat tuhannya.
***
Doa kafaratul majlis mengakhiri
pertemuan risma hari ini. Dalam hitungan detik semua peserta pergi meninggalkan
masjid
“Alhamdulillah
lancar agenda pertama kita, sebagai rasa syukur hari ini saya traktir kalian
makan di pondok bambu”
“sip
bang ide yang bagus, tapi kapan donk kita foto-fotonya?”
“nanti
sore aja sekalian jalan sore ke tugu ratu”
Pagi berlalu dengan rasa penasaran yang sudah terobati. Siang
tubaba cukup membuatku gerah, sama seperti dikota. Pemanasan global telah
menunjukkan dampaknya. Seperti janji bang arif tadi. Jam empat sore ini aku,
arum, santika dan hendra akan diajak untuk mengelilingi icon tubaba. Mengupas
tuntas Islamic centre. Menggali lebih dalam keunikan tubaba
“door..” arum
mengagetkanku
“astagfirullah
ngagetin aja si”
“ngelamunin apa
sih, tumben udah siap. Nungguin bang arif ya?”tanyanya heran
“apaan sih”jawabku
singkat
“tuh lihat, baru
aja mingkem datang tu bang arif”
Lambaian tangan dari sebrang seolah memberi isyarat. Seperti yang
telah dijanjikan, aku hanya mengikuti. Senja ini cukup bersahabat. Tak begitu
terlalu panas. Kami memutuskan untuk berjalan kaki. Penginapan, Islamic centre,
tugu rato cukup dekat untuk kami tempuh dengan berjalan kaki. Perkebunan karet
sekitar Islamic centre cukup memberikan angin damai.
“ke Islamic dulu
ya”ajak hendra
“setuju kita expose habis sore ini” sahut arum setuju
Tak ada pembicaraan berarti selama perjalanan. Aku lebih focus
menikmati sejuknya semilir angin.
“masjid
baitusshobur udah, langsung aja ya kesini”hendra memutuskan
“wow, amazing
rumah adatnya begitu unik. Seni klasiknya benar-benar tampak. Pasti ada makna
tersirat dari pencetus rumah adat disini. Lihat saja plafonya terukir jelas
aksara lampung. Jujur baru kali ini gue liat bangunan dengan desain interior
yang luar biasa” hendra mulai terkagum-kagum
“semua juga
didesain dengan dominan dari kayu. Seperti lantai di masjid tadi juga. Semuanya
seperti rumah panggung khas lampung yang lebih berkesan modern”
Ditengah keheranan hendra akan icon tubaba ini, aku berusaha mengatasi
rasa asing yang menyapa
“emangnya abang
asli dari tubaba ya?” tanyaku sambil menyodorkan sebotol minuman
“oh terimakasih.
Tidak, Cuma dulu saya pernah mengikuti seminar di Islamic ini”
“hmmm
begitu”sambil kuseruput segarnya teh botol. Aku bersikap biasa. Keheningan itu
mulai menyapa kembali. Tak ada hal pasti yang aku lakukan, hanya sekedar
menikmati keindahan arsitektur bangunan. Lain halnya dengan hendra, arum dan
santika yang sibuk mengexpose habis ico tubaba itu.
“hen udah belom?
Ayo kita lanjut ke tugu ratu” ajak bang arif
Tugu ratu. Sama sekali tidak terbayang seperti apa tugu itu.
Mungkin hanya sebuah tugu seorang wanita cantik lengkap dengan mahkota indah
layaknya ratu. Atau mungkin kecantikan tugu itu sehingga disebut tugu ratu. Ah
tak peduli seperti apa nanti bentuknya. Hanya setauku icon tubaba yang sudah
kutemui itu selalu membuatku terhipnotis karena keindahan seninya. Kuharap icon
kedua ini pun begitu. Perjalananku kali ini ditelan oleh bayangan tugu ratu.
Senja yang indah. Suasana ini selalalu membuatku semakin bersyukur atas semua
nikmat tuhan yang telah diberikan.
“ hei lihat itu
tugunya” teriak hendra
“sabar hen masih jauh, kagum itu kalo sudah lihat detailnya”
celetuk arum.
Hendra hanya terdiam menahan malu. Tak seperti yang kubayangkan
tadi. Benar-benar berbeda . Tugu ratu ini bukanlah seperti yang ku bayangkan.
Ini persembahan kedua dari tubaba. Kali ini sungguh seni yamg luar biasa. Tugu
ratu sapaan hangat masyarakat. Tugu ratu naga bersanding. Dua naga gagah dengan
sungut seramnya dipilih untuk menjadi kendaraan raja dan ratu bersanding diatas
megahnya kereta kencana. Luar biasa lagi-lagi seni yang dalam disajikan untuk
seluruh pengunjung tubaba. Tersirat makna yang dalam dari tugu ini. Nampak
jelas kemajuan yang pesat di tubaba. Padahal kabupaten ini adalah kabupaten
muda, namun perubahannya begitu pesat. Ini semua berkat kemajuan pemuda pemudi
tubaba yang siap penjadi agent of change. Sungguh ini pengalaman unik bagiku
dengan dua suguhan icon yang takkan kulupa. Sungguh tidak ada nikmat tuhan yang
mampu kulupakan.
“maka nikmat
tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Diujung sana arif hanya termenung sembari memandang raja dan ratu
bersanding. Jauh melayang angan nya. Selama ini arif hanya diam dan menyimpan
semua perasaannya. Ia hanya percaya pada kuasa tuhan bahwa semua urusan rezeki,
maut bahkan jodoh sudah di atur oleh tuhan. Akankah arif dapat bersanding
bersama laila seperti icon ini? ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar