REFLEKSI 30 TAHUN BERDIRINYA AL FURQON
Oleh: Syahid M Rohman
Sumatra adalah pulau terbesar ke Enam di dunia yang merupakan pulau
besar dari lima pulau yang ada di Indonesia, terletak di sebelah barat Negara kesatuan
Republik Indonesia terbentang dari Nanggro Aceh Darussalam sampai dengan
Lampung. Lampung merupakan daerah Transmigrasi terdapat desa yang bernama
Kampung Panaragan Jaya, sebuah kampong transmigrasi yang dating kepadanya penduduk
dari Jawa Barat, Tengah, Timur bahkan
sampai Pulau Dewata.
Mereka dating bukan hanya untuk memperbaiki taraf hidup, tetapi
juga berniat untuk membangun Negara pada umumnya dan Lampung pada khususnya,
mereka datang pada tahun 1973 dengan disertai beberapa dari anggota aktif TNI
AU, TNI AD, dan anggota BRIMOB. Kampung yang berjarak 7 kilometer dari
kecamatan, 54 kilometer dari ibu kota Kabupaten Lampung Utara, 22 kilometer
dari Kabupaten Pebantu dan 126 kilometer dari Ibukota Provinsi dinamakan Kampung
Panaragan Jaya.
Setiba mereka
tiba dikampung tersebut, mereka terbagi dengan beberapa wilayah dari
dusun I hingga dusun VII. Jumlah penduduk yang tidak kurang dari 400 kk ini
mulai mengembangkan dan menata desa yang mereka datangi ini, perjalanan yang
menyulitkan hingga tahun 1980-an belum ada kepastian dari program daerah yang
mereka kembangkan ini. Beberapa pengembang mulai memberikan motivasi
diantaranya benih kelapa hibrida untuk ditanam di sekitar 400-an ha, baru
ditahun 1978 benih karet itu mulai ditanam dan menambah inkam penghasilan yang
cukup bagi masyarakat.
Kemajuan sosial
dan ekonomi akan berbahaya jika tidak diimbangi dengan agama yang sempurna,
beberapa pemuka agama mulai berfikir dan risau akan perkembangan itu, maka
berdirilah jamaah pengajian keluarga yang dikelola dari rumah ke rumah,
meskipun suasana malam tanpa penerangan listrik mereka tetap bersyukur, rasa
syukur itu mereka iringi dengan kegiatan agama yang berkesinambungan. Setelah
beberapa lama pengajian berkembang timbullah untuk mencari kegiatan anak-anak
seperti belajar Al-qur’an dalam bentuk madrasah yang mempunyai kurikulum diniyah
yang mengajarkan kitab-kitab Fikih dan Tauhid serta materi lainnya. Pemikiran
dan pola yang dikembangkan ternyata membuat perbedaan dalam mengembangkan
pendidikan agama ini, orientasi kehidupan yang berbeda membuat madrasah ini
terkubur kembali tidak berjalan dan vakum beberapa tahun.
Pada 24 april
tahun 1989, di sekitar suku II kebun agung beberapa para
pendiri madrasah silam seperti bapak Arif Nur Ali, bapak Hadi Sutresno, dan
bapak Qomaruddin mempunyai beberapa gagasan untuk menghidupkan syi’ar Islam
melalui baca tulis dan kajian keislaman di salah satu rumah penduduk. Beberapa
santri berdatangan, kajian pembelajaran dipenuhi dengan Ilmu Tauhid, Fiqih dan
Filsafat Kehidupan dan ateri kepanduan. Tidak kurang dari 125 santri belajar di
tempat tersebut untuk menimba ilmu melalui program diniyah.
Tahun 1990
itulah mulai diadakan pendidikan formil dengan program KMI ( kuliyyatul
mu’allimin islamiyyah ) yang berhaluan pada pendidikan modern, program berjalan
dengan baik dan sempurna. Beberapa tokoh agama mengabdikan dirinya untuk
membangun kemajuan pondok tersebut, hingga dibangun musholla sebagai pusat
kegiatan, mulai dari sholat jama’ah dan latihan khithobah ( pidato ) dan
kegiatan lainnya. Program pendidikan berjalan santri mulai mengikuti kegiatan
pekerjaan yang luar biasa dan bercita-cita jauh ini ternyata kurang mendapat
respon dari beberapa kalangan masyarakat, karena pondok berorientasi pada
keilmuan bukan pada hal keilmuan itu saja, terjadilah kegoncangan secara
kelembagaan dari pada pengasuh yang kurang satu pandangan dan beberapa factor
yang membuat perjalanan pendidikan menjadi tidak stabil di tahun 1994, lembaga
tersebut vakum dant idak lagi berdaya upaya untyk berbuat pada umat dan bangsa
Pondok Modern Al-Furqon itulah nama
yang sejak awal menjadi ciri khasnya lembaga, tujuan untuk membedakan suatu
prinsip yang dalam kehidupan membuat pola menjadi bayangan radikal dan ekstrim,
masyarakat yang baru mengenal agama kurang siap dan pendidikan Al-Furqon belum
siap berada di tengah masyarakat yang sangat labil pandangan hidupnya dalam
mensikapi prinsip kebenaran. Akhirnya Al-Furqon hanya sebuah
tempat untuk mengaji beberapa anak saja hingga beberapa tahun. Situa tidsk
boleh kehilangan tongkat dua kali, si muslim tidak boleh terjerumus dalam satu
lobang yang sama dua kali.
Beberapa tahun
merenung dan berfikir serta merintih di hadapan Sang Ilahi, untuk memberikan
yang terbaik dari perjalan ini, ujian sangat berat namun semua diterima dengan
penuh kesabaran dan ketabahan, senyum dan harapan selalu ada pada sebagian
pendiri, perjuangan tidak pernah akan berhenti, perbuatan untuk agama tidak
boleh putus asa, rahmat Alloh akan dekat kepada hamba-hamba-Nya yang berbuat
baik, manusia tidak pernah akan tahu rahasia apa di balik perbuatan Allah Tuhan
Sang Maha Tahu lagi Maha Pengatur. Prinsip itu tidak pernha hilang, keyakinan
itu tidak boleh pudar, semangat beriman senantiasa wajib ditumbuhkan gairah
perjuangan harus dipupuk dengan aneka ragam agar menghasilkan karya yang
diiringi dengan ridho Allah SWT. Menunggu kesabaran, menerima kenyataan dan
pasrah dengan diiringi usaha itulah yang tidak pernah hilang dalam lubuk.
Ustadz Muhyiddin
Pardi, bagian dari pendiri Pondok Modern Al-Furqon menepi di
sebuah sungai kecil dengan sunyinya malam, gemericiknya air rawa, terkadang
terdengar suara binatang yang saling bersambut bersenandung menghibur hamba
Tuhan yang mengharap perjalanan esok lebih baik, gedung yang sederhana, rumah
yang hamper tiada harganya, ditempati oleh sang ustadz tersebut. Musholla yang
kecil, tempat tinggal yang sesak selalu memimpikan kapan akan ada perjalanan
indah.
Bulan Juni
tahun 2003/2004, waktu sudah berbunyi menandakan getaran hati dan tekad mulai
berkumandang dalam hati, antara keyakinan dan harapan, anak-anak desa yang lugu
dan mungil seolah menaruh harapan bagi umat, sejak itulah berdiri TK Islam Al-Furqon dengan santri 24
anak, Ibu Sundari, Ibu Lilis Miswati, Ibu Meilina, dan Ibu Firnani adalah bagian
dari pelopor sejarah berdirinya cikal bakal Taman Kanak-Kanak tersebut. 2 tahun
kemudian masyarakat menghendaki untuk berdirinya sekolah dasar sebagai lanjutan
Taman Kanak-Kanak tersebut,2004/2005 Sekolah Dasar slam Al-Furqon beroperasi,
dengan dipacu waktu serta keadaan yang memaksa tahun 2007/2008 berdirilah MTs
dan tahun 2010/2011 berdiri Aliyah.
Tuhan Maha Tahu dan Maha
Kuasa apa yang harus dilakukan untuk hambaNya, kesabaran tidaklah disia-siakan,
seiring perjalanan waktu saat ini lembaga pendidikan yang dibawah naungan
Yayasan Istiqomah Islamiyyah berdiri dengan membawa kemaslahatan umat di
Kampong Panaragan Jaya.
Al Furqon Kini………
Kampung
Panaragan Jaya kini merupakan ibukota Kabupaten Tulang Bawang Barat, kabupaten
baru berusia satu dasawarsa, Pondok Al Furqon semakin berkembang dan terus
memperelok wajahnya, sebagai pusat pendidikan Islam dengan empat Sub Lembaga,
TK dan SD Islam Al Furqon serta MTs dan MA PSA Istiqomah Islamiyah, santru
sudah mendekati angka 700. Sebagai lembaga pendidikan Islam di tengah-tengah
jantung ibukota Kabupaten menjadikan Al Furqon menjadi tempat rujukan kegiatan
keIslaman di antaranya MTQ baik tingkat Kabupaten Maupun Provinsi.
Pondok Modern Al Furqon memiliki "MOTTO BERDIRI DI ATAS DAN
UNTUK SEMUA GOLONGAN" AL Furqon tidak berafiliasi pada keorganisasian
Masyarakat, golongan apalagi berpartai, Al Furqon ingin menjadi lembaga Perekat
Umat agar bebas dari tarik menarik kepentingan dan akan selalu fokus pada
pendidikan untuk membangun kader- kader umat Islam diwaktu yang akan datang.
Jika Guru Al Furqon 99% orang Muhammadiyah Al Furqon Tidak bisa
di Muhammadiyah kan, jika Guru Al Furqon 99% NU tidak bisa juga pondok ini di
NU kan. Begitupula dengan santrinya jika santrinya 100% anak-anak orang NU maka
pondok ini (al Furqon) tidak bisa di NU kan sama juga jika 100% santrinya
anak-anak Muhammadiyah pondok ini juga tidak bisa di Muhammadiyah kan. Oleh
karena itu, ketika masuk Al Furqon semua atribut keorganisasian, golongan,
bahkan partai wajib hukumnya ditinggalkan sementara, nanti setelah para santri
lulus dari Pondok silakan dibebaskan mau organisasi pergerakannya apa,
berpartai apa.
Lalu siapa santri2 Al Furqon?
Santri Al Furqon adalah anak-anak umat Islam, ya ada yang dari
Muhammadiyah, ada yang dari NU, anak-anak jamaah tablig, anak-anaknya partai
Merah, Kuning, Hijau dll. Itulah mengapa berdiri di atas dan untuk semua
golongan dijadikan motto untuk perekat Umat Islam agar bersatu menjunjung
ajaran agama Islam itu sendiri.
Kalau ada yang tanya Pondok Al Furqon Itu miliknya kiyai siapa?
Maka
jawabannya adalah pondok ini milik Umat islam, bukan milik perseorangan tapi
milik Umat, pondok bukan milik keluarga dan sebaginya pondok Al Furqon adalah
milik Umat islam.
AL FURQON ADALAH MILIK UMAT ISLAM BUKAN MILIK KELUARGA