SELAMAT DATANG DI RUMAH ONLINE SYAHID MUJIBUR ROHMAN EL FURQONI

Senin, 30 Oktober 2017

“MENTAL” ORANG TUA YANG MUNDUR DALAM MENDIDIK ANAK Oleh: Syahid. M. Rc.

“MENTAL” ORANG TUA YANG MUNDUR
DALAM MENDIDIK ANAK
Oleh: Syahid. M. Rc.

Hasil gambar untuk kalau tidak mau dididik di sekolah

Pendidikan yang terintegrasi merupakan langkah yang memberikan dampak perubahan bagi peserta didik, dimana suatu banggsa keberangsunganya di pertaruhkan oleh keberhasilan generassi mudanya yang di awali dari pendidikan yang semakin modern dan mengikuti perkembangan zaman, indonesia sebagai negara agraris dengan ribuan pulau dan potensi sumber daya alam yang melimpah belum mampu untuk mengengelola apa yang dimiliki oleh dengeri yang dikata sangat makmur ini, salah satu peningkatan yang harus digapai untuk pengelolaan  sumber daya alam yang melimpah ini salah satunya yang paling utama adalah pendidikan.

Bila kita kembali pada zaman dimana pendidik dan orang tua terintegrasi untuk sama-sama  mendidik anaknya, memebrikan wewenang kepada pihak pendidikan untuk membentuk watak dan kemandirian bahkan membentuk mental yang baik demi keberhasilan anak, orang tua merasa berterimakasih dengan apa yang diberikan tanpa ada embel-embel ini itu, ancaman ini itu, era 1990.an, pukulan kepada peserta didik dengan niat meluruskan dan mendidik menjadi hal yang perlu dan wajib untuk membentuk mental, dimana orang tua terkadang menambahkan pukulan sepulangnya sekolah jikan memang anak itu melakukan kesalahan di luar ketentuan. Disinilah kesepahaman antara orang tua, pendidik, dan lembaga pendidikan yang begitu sinergi membentu generasi yang unggul, tidak melempem, dan lemah seperti zaman sekarang.

Negeri ini juga punya hak memiliki penerusnya yang profesional, melalui pendidikan yang bersinergi demi kemajuan bangsanya, penerus yang bermental baja, memiliki daya gempur yang tinggi, pemikiran yang luas, namun sekarang mental-mental tersebut semakin sirna oleh kurangnya pemahaman bagainama semestinya harus bertindak dalam mendidik anak. Orang tua mulai memejamkan mata dengan sanksi yang di berikan anak di sekolah, seolah-olah itu merupakan tindakan kriminal yang harus di tangani kepolisian tanpa melihat dari sudut pandang kebijakan menilai permasalahan, di tambah lagi membawa-bawa nama hak asasi manusia, dan sebagainya. Yang harus kita pahami bersama bangsa ini juga memiliki hak untuk mendapatkan penerusnya yang handal demi keberlangsungan dan mengelola sumber daya alamya yang katanya melimpah ruah ini.

Pendidikan dasar bagi anak adala orang tua, mulai kecil sampai ia tau mana yang benar dan mana yang salah, dibantu oleh lembaga pendidikan melalui pembelajaran akademik, terkadang para orang tua sudah dibantu namun tidak merasa di bantu bahkan sampai menusuk dari belakang, tak sedikit sekarang para pendidik membuat selogan “ KALAU TIDAK MAU DIDIDIK OLEH GURU DI SEKOLAH MAKA BUATLAH SEKOLAH SENDIRI, DI AJAR SENDIRI, BUAT RAPOT DAN IJAZA SENDIRI” kata tersebut sebeneanya menunjukkan dimana ketidak percayaan orang tua ke lembaga pendidikan.

Lalu bagaimana sebaiknya sikap orang tua, melihat anaknya yang nakal dan pihak sekolah memberikan sanksi hukuman, dan jika ada laporan  anak ke orang tuanya. Sebagai orang tua yang cerdas dan sadar dengan pendidikan terbaik untuk anaknya, yang pertama ialah berkordinasi dengan pihak sekolah, mengapa, apa, dan bagaimana langkah yang harus di ambil untuk pendidikan si anak, datang dengan kepala dingin, tanpa menunjukkan arogansi dimana pada dasarnya orang tua minta bantuan kepada lembaga pendidikan untuk mendidik anaknya; kedua melihat hukuman ini sebagai bentuk meluruskan, dan mendidik buka sebagai perilaku kriminalitas, ingatlah “HARIMAU TIDAK AKAN MEMAKAN ANAKNYA SENDIRI”;  ketiga jika orang tua merasa ankanya tidak bisa dididik di lembaga tersebut maka hal yang terakhir ialah memindahkan anak tersebut di lingkungan yang lebih mendukung dalam artian sekolah lain.

Sebagai orang islam, menerapkan pendidikan dengan nilai keislaman merupakan hal yang dapat merubah perilaku dan tatanan anak didik, menegur bahkan memukul di bolehkan dalm islam dengan ketentuan yang sudah di atur tentunya. Hal ini yang harus dipahami, namun banyak orang tua yang belum paham bagaimana mendidik anak. Masih banyak orang tua menelan mentah mentah informasi yang di dapat dari anak, terkadang anak juga banyak factor untuk memelencengkan informasi dengan berbagai alasan. Semisal orang tua memaksa anaknya untuk sekolah di lembaga A namun si anak menolah namun terus dipaksa, dan pada akhirnya si anak berupaya dengan segala cara untuk dapat keluar walaupun dengan memfitnah pendidiknya sendiri.

Inilah dunia pendidikan yang semakin menantang dan unik, terkadang ingin tertawa dengan berita-berita di televisi sampai dengan mempenjarakan guru, mencukur guru karena anaknya di cukur, siapakah yang bodoh di permasalahan ini, orang tua, pendidik, sekolah, atau penegak hukum, tiada jaksa melahirkan pendidik, tidak ada polisi melahirkan pendidik, tidak ada dokter yang melahirkan pendidik, tetapi pendidik yang melahirkan dokter, polisi, jaksa dan masih banyak lagi.  Di dunia pendidikan adalah sama mau anak Pejabat, anak DPRD, anak Tentara, anak Presidenpun semestinya tidak ada bedanya, sebagaimana Allah memandang hambanya yang membedakan hanya ketakwaan dan keimanan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar