“MENTAL” ORANG TUA YANG MUNDUR
DALAM MENDIDIK ANAK
Oleh: Syahid. M. Rc.
Pendidikan
yang terintegrasi merupakan langkah yang memberikan dampak perubahan bagi peserta
didik, dimana suatu banggsa keberangsunganya di pertaruhkan oleh keberhasilan
generassi mudanya yang di awali dari pendidikan yang semakin modern dan
mengikuti perkembangan zaman, indonesia sebagai negara agraris dengan ribuan
pulau dan potensi sumber daya alam yang melimpah belum mampu untuk mengengelola
apa yang dimiliki oleh dengeri yang dikata sangat makmur ini, salah satu
peningkatan yang harus digapai untuk pengelolaan sumber daya alam yang melimpah ini salah
satunya yang paling utama adalah pendidikan.
Bila kita
kembali pada zaman dimana pendidik dan orang tua terintegrasi untuk
sama-sama mendidik anaknya, memebrikan
wewenang kepada pihak pendidikan untuk membentuk watak dan kemandirian bahkan
membentuk mental yang baik demi keberhasilan anak, orang tua merasa
berterimakasih dengan apa yang diberikan tanpa ada embel-embel ini itu, ancaman
ini itu, era 1990.an, pukulan kepada peserta didik dengan niat meluruskan dan
mendidik menjadi hal yang perlu dan wajib untuk membentuk mental, dimana orang
tua terkadang menambahkan pukulan sepulangnya sekolah jikan memang anak itu
melakukan kesalahan di luar ketentuan. Disinilah kesepahaman antara orang tua,
pendidik, dan lembaga pendidikan yang begitu sinergi membentu generasi yang
unggul, tidak melempem, dan lemah seperti zaman sekarang.
Negeri ini
juga punya hak memiliki penerusnya yang profesional, melalui pendidikan yang
bersinergi demi kemajuan bangsanya, penerus yang bermental baja, memiliki daya
gempur yang tinggi, pemikiran yang luas, namun sekarang mental-mental tersebut
semakin sirna oleh kurangnya pemahaman bagainama semestinya harus bertindak
dalam mendidik anak. Orang tua mulai memejamkan mata dengan sanksi yang di berikan
anak di sekolah, seolah-olah itu merupakan tindakan kriminal yang harus di
tangani kepolisian tanpa melihat dari sudut pandang kebijakan menilai
permasalahan, di tambah lagi membawa-bawa nama hak asasi manusia, dan
sebagainya. Yang harus kita pahami bersama bangsa ini juga memiliki hak untuk
mendapatkan penerusnya yang handal demi keberlangsungan dan mengelola sumber
daya alamya yang katanya melimpah ruah ini.
Pendidikan dasar
bagi anak adala orang tua, mulai kecil sampai ia tau mana yang benar dan mana
yang salah, dibantu oleh lembaga pendidikan melalui pembelajaran akademik,
terkadang para orang tua sudah dibantu namun tidak merasa di bantu bahkan
sampai menusuk dari belakang, tak sedikit sekarang para pendidik membuat
selogan “ KALAU TIDAK MAU DIDIDIK OLEH
GURU DI SEKOLAH MAKA BUATLAH SEKOLAH SENDIRI, DI AJAR SENDIRI, BUAT RAPOT DAN
IJAZA SENDIRI” kata tersebut sebeneanya menunjukkan dimana ketidak
percayaan orang tua ke lembaga pendidikan.
Lalu bagaimana
sebaiknya sikap orang tua, melihat anaknya yang nakal dan pihak sekolah
memberikan sanksi hukuman, dan jika ada laporan anak ke orang tuanya. Sebagai orang tua yang
cerdas dan sadar dengan pendidikan terbaik untuk anaknya, yang pertama ialah
berkordinasi dengan pihak sekolah, mengapa, apa, dan bagaimana langkah yang
harus di ambil untuk pendidikan si anak, datang dengan kepala dingin, tanpa
menunjukkan arogansi dimana pada dasarnya orang tua minta bantuan kepada
lembaga pendidikan untuk mendidik anaknya; kedua melihat hukuman ini sebagai
bentuk meluruskan, dan mendidik buka sebagai perilaku kriminalitas, ingatlah “HARIMAU TIDAK AKAN MEMAKAN ANAKNYA
SENDIRI”; ketiga jika orang tua
merasa ankanya tidak bisa dididik di lembaga tersebut maka hal yang terakhir
ialah memindahkan anak tersebut di lingkungan yang lebih mendukung dalam artian
sekolah lain.
Sebagai orang
islam, menerapkan pendidikan dengan nilai keislaman merupakan hal yang dapat
merubah perilaku dan tatanan anak didik, menegur bahkan memukul di bolehkan
dalm islam dengan ketentuan yang sudah di atur tentunya. Hal ini yang harus
dipahami, namun banyak orang tua yang belum paham bagaimana mendidik anak. Masih
banyak orang tua menelan mentah mentah informasi yang di dapat dari anak,
terkadang anak juga banyak factor untuk memelencengkan informasi dengan
berbagai alasan. Semisal orang tua memaksa anaknya untuk sekolah di lembaga A
namun si anak menolah namun terus dipaksa, dan pada akhirnya si anak berupaya
dengan segala cara untuk dapat keluar walaupun dengan memfitnah pendidiknya
sendiri.
Inilah dunia
pendidikan yang semakin menantang dan unik, terkadang ingin tertawa dengan
berita-berita di televisi sampai dengan mempenjarakan guru, mencukur guru
karena anaknya di cukur, siapakah yang bodoh di permasalahan ini, orang tua,
pendidik, sekolah, atau penegak hukum, tiada jaksa melahirkan pendidik, tidak
ada polisi melahirkan pendidik, tidak ada dokter yang melahirkan pendidik,
tetapi pendidik yang melahirkan dokter, polisi, jaksa dan masih banyak
lagi. Di dunia pendidikan adalah sama
mau anak Pejabat, anak DPRD, anak Tentara, anak Presidenpun semestinya tidak
ada bedanya, sebagaimana Allah memandang hambanya yang membedakan hanya
ketakwaan dan keimanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar